Thursday, April 14, 2016

Cimahi sebagai Kota Wisata Militer: Sebuah Utopia?

Teks & Foto: Ek Ing

Mewujudkan Cimahi sebagai kota wisata militer pertama di Indonesia apakah sebuah utopia? Sebuah mimpi ideal dari para pegiat wisata, namun sulit untuk diwujudkan pada kenyataannya. Pertanyaan inilah yang terus berkutat dalam benak saya selama mengikuti kegiatan Komunitas Tjimahi Heritage.
Tanpa bermaksud untuk memperkecil usaha dan peran komunitas lainnya yang ada di kota Cimahi sendiri, adalah komunitas Tjimahi Heritage, yang secara aktif mengulik keberadaan berbagai bangunan lama, sejarah dan peristiwa yang terjadi pada masa lalu di setiap sudut kota Cimahi. Membungkusnya dalam bentuk paket jalan-jalan semacam city-walk yang apik. Kemudian merangkainya dalam cerita yang menarik.

Hebatnya, semuanya gratis! Jalan-jalan terus dapat ilmu.
 
Komunitas Tjimahi Heritage
 
Mengangkat konsep wisata heritage kota tua tentu saja bukan hal baru. Tapi wacana membuat kota Cimahi sebagai kota wisata militer dengan memperbolehkan warga sipil mengunjungi sejumlah bangunan militer bersejarah, berkeliling barak TNI serta boleh melihat langsung latihan kemiliteran tentu saja bukanlah tugas yang mudah.
  
Utopia? Hanya waktu yang bisa membuktikan.

Bersama Komunitas Tjimahi Heritage
 
Minggu, 03 April 2016 ada sekitar tiga puluh peserta berkumpul di pelataran parkir stasiun kereta Cimahi untuk menelusuri sejarah stasiun kereta api, dalam hal ini Stasiun Cimahi dan daerah sekitarnya sebagai pusat militer, 'station en omgeving'.
   
Ciri khas arsitektur bangunan Stasiun Cimahi bergaya artdeco terlihat sangat menonjol pada berbagai ornamen yang masih dipertahankan bentuk aslinya. Pintu masuk terbuat dari kayu jati dengan ventilasi berbentuk setengah lingkaran di bagian atas pintu. Ventilasi tersebut dihiasi kaca patri berwarna kemudian ditutupi dengan teralis besi. Disamping kiri kanan pintu terdapat jendela dengan gaya serupa.

Bagian dinding bangunan dipisahkan oleh lis yang berwarna gelap pada bagian bawah sedangkan bagian atas berwarna krem. Ruang tunggu memiliki atap dari konstruksi baja dan plat besi. Diantara ruang loket tket dan ruang tunggu terdapat pintu pembatas yang sudah berusia ratusan tahun.

Dibangun sekitar tahun 1884 untuk kepentingan militer, Stasiun Cimahi pada awalannya memiliki 5 jalur rel namun sampai saat ini tinggal 3 rel yang masih aktif digunakan.
 
Stasiun Cimahi: sebagai daerah garnisun pada jaman Belanda, jalur kereta api digunakan sebagai sarana pengangkutan logistik militer dari Batavia ke Cimahi.

Gedung Kuno di sekitar Stasiun Cimahi
 
The Historich 

Bangunan seluas 870 meter persegi ini tampak kokoh dengan 4 pilar besar tepat di bagian depan bangunan utama dengan sayap barat dan timur di sampingnya. Bangunan The Historich ini dianggap bergaya arsitektur 'Indicy Impire Style' dengan ciri khas berpilar banyak.

Gedung ini sempat berganti nama beberapa kali. Pada jaman awal era kemerdekaan diganti menjadi 'Balai Pradjoerit.'  Kemudian diganti lagi menjadi Gedung Sudirman serta sempat dipakai sebagai  gedung DPRD Cimahi.   Saat ini fungsi gedung ini telah berubah menjadi gedung serba guna dan bisa disewa untuk  berbagai kegiatan. Misalnya, saat bersama peserta Tjimahi Heritage berada di gedung The Historich, saat itu sedang ada acara resepsi pernikahan.
 
Gedung The Historich dibangun pada tahun 1886. Dulu bernama Sociated voor Officieren - Tjimahi, terletak diantara Jl. Gatot Subroto dan Jl. Stasiun. Bangunan ini merupkan tempat hangout-nya para perwira militer KNIL untuk acara pesta dansa, minum dan main billiard jaman dulu.
 
 Jalan Sukimun, pabrik roti dan tempat penjagalan.
 
Masih bersama dengan Tjimahi Heritage, kita menyelusuri kembali jalan-jalan di sekitar stasiun. Adalah jalan Sukimun, dengan pangkalan ojek motor di ujung jalan menjadi destinasi berikutnya. Ada bekas bangunan besar yang terbengkalai di salah satu sudut jalan. Bangunan itu dulu berfungsi sebagai rumah penjagalan hewan ( rph ).

Masih di sekitar jalan Sukimun, ada bekas pabrik roti yang menarik perhatian semua peserta untuk berhenti sejenak dan mengambil photo-photo sepotong dinding bekas pabrik yang meninggalkan sisa arsitekturnya. Sayang kondisi bangunan pabrik sudah tertutup oleh rumah penduduk.
 
 Mengatakan bahwa pihak pemkot Cimahi bersikap apatis tentang wacana menjadikan kota Cimahi sebagai kota wisata militer tentu saja tidak benar. Pada saat kegiatan 'station en omgeving' - perwakilan dari bidang pariwisata dinas koperasi perdagangan dan industri kota Cimahi turut hadir dan memberikan harapan yang cukup tinggi.

Lampu hijau sudah digulirkan.

Di kota Cimahi terdapat 13 pusat pendidikan militer. Kebanyakan Pusdik tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat menarik karena merupakan bekas peninggalan gubernur WillemDaendels, tapi harus diakui untuk menjadikan semua bangunan tersebut menjadi objek wisata masih berupa mimpi.
 
Nama Sukimun diabadikan sebagai nama jalan sebagai penghargaan atas aksi heroiknya sebagai mata-mata untuk mengawasi keberadaan pasukan Belanda di kawasan garnisun sehingga menjadi buronan yang paling dicari-cari oleh Belanda. Di salah satu ujung jalan inilah Sukimun dibantai oleh Belanda. 
 
 Tjimahi Heritage : gedung dan bangunan lainnya
 
 Perjalanan bersama Tjimahi Heritage minggu itu meninggalkan sekelumit cerita dan tanya. Sebagai bekas kota garnisun, kota Cimahi memiliki karakter tersendiri dengan berbagai bangunan bersejarah  akan sungguh sayang kalau sampai dibiarkan hilang tanpa bekas.

Dibutuhkan partisipasi pegiat dan anggota komunitas Tjimahi Heritage serta  kelompok lainnya untuk turut berperan aktif mengulik sejarah, menyambung kembali benang-benang merah yang tersebar sehingga menjadi sebuah denah atau peta blue-print potensi wisata heritage kota Cimahi.

Dan yang terakhir, mimpi untuk menjadikan kota Cimahi sebagai kota wisata militer akankah berupa utopia masih mempunyai halangan besar. Salah satu alasannya adalah rahasia militer nasional yang harus tetap dijaga. 
 
Salah satu bangunan lama yang terdapat di sekitar jalan Stasiun, rumah bekas peninggalan Belanda yang kini telah berganti kepemilikan. Apakah ciri khas bangunan ini ada jaminan akan tetap bertahan?

rumah tua disekitar pusdik militer angkatan darat