Sunday, December 20, 2015

Menemukan Jalan Emmalaan F.34

Oleh: Machmud Mubarok

AKHIRNYA, ditemukan juga! Sepucuk surat bercap pos Amsterdam itu ditujukan kepada Yang Terhormat H Swartsenburg, beralamat di Emmalaan F34 Tjimahi. Laan adalah bahasa Belanda yang berarti Jalan. Kata lain untuk menunjukkan jalan dalam bahasa Belanda, antara lain weg dan straat. Sayang titimanggsa surat ini tidak terbaca. Tapi kemungkinan besar, ini melayang ke Cimahi saat zaman kolonial Belanda, sebelum Jepang datang. Awalnya saya mengira Emmalaan atau Jalan Emma adalah yang sekarang menjadi Jalan Sukimun. Mengapa demikian? Karena dulu, sekitar tahun 1890-an, di jalan itu berdiri dengan megah sebuah hotel bernama Hotel Emma.

Hotel itu kemudian direnovasi dan berganti nama menjadi Hotel Berglust. Administrateurnya atau pengelolanya adalah Tuan LGFJ Sterrenburg. Dia pula yang mengelola hotel Pension Tijhoff di Cantineweg, yang kini menjadi Toko Kue Sus Merdeka di Jalan Gatot Subroto Cimahi. Namun pencarian di Jalan Sukimun tak membuahkan hasil. Tak ada nomor rumah yang diawali huruf F.
Beruntung, pencarian makin mudah, ketika saya menemukan peta Tjimahi tahun 1940. Ini sebenarnya peta biasa yang sudah saya punya dan banyak pula bertebaran di internet. Namun, diteliti lebih jauh, ternyata peta yang ini lebih lengkap. Di peta itu dicantumkan nama sejumlah lokasi, termasuk nama jalan, secara jelas.

Di peta itu pula terbaca, walau agak sulit karena huruf-hurufnya kecil dan berdempetan, nama Emmalaan atau Jalan Emma yang berlokasi di Jalan Urip Sumohardjo sekarang. Kemarin sore, Minggu (15/11), saya menyempatkan mampir untuk mencari rumah F34 itu.
Motor saya jalankan perlahan-lahan, karena ingin melihat nomor rumah lebih jelas. Ternyata benar, rumah-rumah di sini berkode F. Dari sebelah utara, nomor rumah dimulai dari nomor 26. Agak deg-degan juga, khawatir tidak ada nomor 34. Sampai akhirnya tiba di pojokan sebelah selatan, ternyata itu dia rumah bernomor F34.

Rumah bercat putih itu masih menyisakan arsitektur zaman Belanda. Tapi bagian depannya sudah direnovasi dengan gaya arstitekur modern. Gerbang berwarna biru menutup rumah itu.
Saya hanya bisa memotret rumah itu dari luar. Karena hari sudah sore dan terburu-buru, saya tidak sempat bertanya-tanya soal siapa penghuni rumah itu sekarang. Rumah itu berada di sebelah timur Militair Hospital atau RS Dustira, bagian dari sebuah kompleks perumahan kecil yang membentuk setengah lingkaran. Bagian tengah kompleks itu berupa taman, yang sekarang disebut Taman Urip. Sedikitnya ada 9 rumah di situ. zaman kolonial, rumah-rumah itu dihuni perwira menengah tentara Kerajaan Belanda. Sekarang pun, penghuninya adalah para perwira menengah TNI AD. Jenderal Urip Sumohardjo, Kepala Staf TNI pertama, pernah tinggal di Cimahi sebelum Jepang masuk dan setelah Jepang menyerah. Apakah beliau pernah tinggal di kompleks ini? Perlu penelusuran lagi. (*)

No comments:

Post a Comment