Oleh: Iwan Hermawan
Berawal dari kesulitan pemerintah Kolonial Belanda menghadapi
pemberontakan dan perlawan rakyat dengan cara gerilya, maka munculah
gagasan untuk membentuk pasukan khusus yang efektif menghadapi
gerilyawan, maka di bentuklah pasukan Marsose tanggal 20 April 1890,
setiap unit Marsose terdiri dari 20 orang dengan dipimpin oleh sersan
Belanda yang dibantu oleh kopral pribumi, pasukan ini selain
dipersenjatai oleh karaben juga dengan klewang.
Marsose masih
dirasa belum cukup oleh petinggi militer Belanda, maka dibentuk lagi
suatu unit di dalam pasukan marsose yang bernama Kolone Macan, pasukan
ini dipimpin oleh perwira asal Swiss Hans Christofell, dia kemudian
dikirim ke Cimahi, dimana disana telah terbentuk suatu garnizun pasukan
Belanda, di sini dia bertemu dengan banyak marsose kawakan dan memiliki
pengalaman bertempur di Aceh, keberadaan mereka di Cimahi dalam rangka
istirahat setelah peperangan berat di medan Aceh.
Christofell
menghimpun anggota Marsose yang beringas, sangar dan jago berkelahi,
pasukan ini dilatih di garnizun Cimahi. Selama di tangsi Cimahi yang
damai itu mereka bosan dan merasa ingin kembali berperang di Aceh
karena dunia mereka adalah peperangan dalam hutan, latihan Marsose
bukanlah menembakan senapan tetapi memainkan klewang.Mereka tergolong
pasukan yang sangat brutal dalam aksi-aksi pemberangusan perlawanan
rakyat dan sering melakukan eksekusi di tempat, Kolone macan adalah
bagian terkejam dari korps Marsose dan hanya dikirimkan hanya dalam
Perang Aceh.
No comments:
Post a Comment